Green Logistics Membuat Efisiensi Bahan Bakar Hingga 20%, Ini Alasannya
Beberapa tahun belakangan ini isu lingkungan menjadi sorotan oleh masyarakat. Kepedulian terhadap lingkungan banyak disuarakan sebagai bentuk mencintai bumi. Pasalnya, sudah terlihat jelas jika kini lingkungan menjadi rusak akibat pemanasan global yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Jika mengacu pada sektor logistik, ada sebuah istilah penting untuk Anda ketahui untuk mengatasi rusaknya lingkungan hingga isu pemanasan global yaitu green logistics yang dikenal logistics hijau atau cara meminimalkan dampak lingkungan dan jejak karbon dari aktivitas logistik.
Melansir dari laman website logistiknews.id, Supply Chain Indonesia (SCI) mengatakan bahwa ekonomi hijau harus terus didukung dengan penerapannya pada berbagai sektor termasuk di sektor logistik.
Baca Juga: Luncurkan ‘Green Logistics’, NPCT1 dan Envilog Komitmen Kurangi Jejak Karbon
CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi, mengemukakan, penerapan green logistics akan berdampak pada tiga aspek, yaitu ekologi (lingkungan), sosial, dan ekonomi.
“Selain dampak ekologis, logistik hijau terbukti meningkatkan efisiensi bagi perusahaan yang menerapkannya, seperti tertuang dalam Report on Green Logistics yang dikeluarkan oleh United Nations Economic Commission for Europe (UNECE),” ujar Setijadi, pada Senin (5/2/2024). Seperti dikutip dari laman logistiknews.id.
Laporan itu, ungkap Setijadi, menyebutkan bahwa penggunaan energi terbarukan oleh pelaku logistik DHL, misalnya, mengurangi 450.000 ton emisi gas rumah kaca dan mengurangi 2,4 persen energi yang digunakan dalam bangunan dan fasilitas. UPS dapat mengurangi emisi gas CO2 hingga 21.000 ton pada tahun 2014 dan menghemat hingga 8,3 juta liter bahan bakar.
“Penerapan dalam sistem pergudangan dapat dilakukan dengan menerapkan eco-friendly building design seperti sistem penerangan dan pengaturan suhu ruangan beserta material handling equipment yang ramah lingkungan,” paparnya.
Baca Juga: Jadikan Pengiriman Last Mile Anda Ramah Lingkungan
Setijadi menambahkan, penerapan logistik hijau dalam transportasi dapat dilakukan dengan perbaikan proses konsolidasi dan bongkar-muat, penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, dan penggunaan sistem informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas transportasi.
Untuk itulah, menurutnya dalam logistiknews.id. Penerapan logistik hijau, peran Pemerintah diperlukan terutama dalam penyiapan infrastruktur transportasi dan penyebaran stasiun pengisian bahan bakar ramah lingkungan dan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Baca Juga: Perencanaan Rute yang Efisien dalam Pengelolaan Sampah
Terakhir Secara khusus, peran pemerintah diperlukan dalam mengembangkan sistem transportasi multimoda untuk mendorong pengalihan moda transportasi jalan ke moda transportasi rel dan air.
“Pemerintah juga perlu memberikan insentif fiskal dan non-fiskal untuk mendorong perusahaan-perusahaan menerapkan logistik hijau,” Tutup Setijadi. seperti melansir dari logistiknews.id
Berbagai hal di atas dapat Anda pahami untuk bisa menerapkan pengiriman last mile yang ramah lingkungan. Proses yang ramah lingkungan dapat memberikan manfaat bisnis, termasuk pengurangan biaya operasional, peningkatan efisiensi, dan meningkatkan citra perusahaan dimata konsumen yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.
Oleh karena itu, sebagai perusahaan, penting untuk mengadopsi praktik pengiriman last mile yang ramah lingkungan. Dengan demikian, perusahaan dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Salah satu solusi untuk pengiriman last mile yang ramah lingkungan adalah dengan mengintegrasikan platform seperti MileApp untuk membantu Anda menghindari atau menyelesaikan masalah terkait pengiriman. Yuk coba dengan klik di sini sekarang!
Sumber:
logistiknews.id
mile.app
logee.id
Jadwalkan demo
Isi form di bawah dan tim kami akan segera menghubungi Anda.