MileApp
Distribution

Konsinyasi: Pengertian, Contoh, dan Manfaat Bagi Logistik

Konsinyasi: Pengertian, Contoh, dan Manfaat Bagi Logistik

Meraih keuntungan berbisnis dengan memperluas jaringan baru bisa diraih tanpa harus membuka cabang di area target. Hal ini dilakukan dengan cara menitipkan produk ke agen atau distributor akhir yang berada di sana. Metode ini disebut konsinyasi, yang populer dijalankan oleh bisnis rumahan atau industri kecil dengan modal minim. Berikut ulasannya.

Pengertian Konsinyasi

Konsinyasi adalah sebuah perjanjian bisnis di mana satu pihak (penitip) memberikan barang kepada pihak lain (penyalur) untuk dijual. Namun, kepemilikan atas barang tersebut tetap berada pada penitip hingga barang tersebut terjual. Dalam konteks logistik, konsinyasi seringkali melibatkan produsen, distributor, dan pengecer. Produsen sebagai penitip mengirimkan barangnya ke gudang distributor atau langsung ke toko pengecer untuk dijual. Pembayaran kepada produsen baru dilakukan setelah barang terjual.

Baca juga: 7 Faktor Kunci dalam Memilih Logistics Software yang Tepat

Contoh Konsinyasi

Konsinyasi umum diterapkan di berbagai industri. Berikut contohnya.

Industri Fashion

Brand fashion seringkali menggunakan model konsinyasi untuk memasarkan produknya di butik-butik kecil atau toko multi-brand. Dengan cara ini, brand dapat memperluas jangkauan pasar tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk membuka toko sendiri.

Industri Makanan dan Minuman

Produsen makanan dan minuman seringkali menitipkan produknya di supermarket atau minimarket. Model ini memungkinkan produk baru untuk masuk ke pasar dengan cepat tanpa harus membebani distributor dengan risiko stok yang tidak terjual.

Industri Elektronik

Produsen gadget atau elektronik seringkali menggunakan model konsinyasi untuk menjual produknya di toko-toko elektronik. Hal ini memungkinkan konsumen untuk mencoba produk sebelum membelinya.

Baca juga: Cara Menerapkan Strategi Cross-selling agar Berjalan Baik

Proses Konsinyasi

Kepemilikan barang tetap ada di pemasok atau penjual. Model konsinyasi memudahkan transaksi dengan memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak. Adapun alur kerjanya adalah sebagai berikut.

  1. Pengiriman Barang: Pemasok mengirimkan barang-barang ke gudang pelanggan yang telah ditentukan.
  2. Penarikan Barang: Pelanggan mengambil barang yang dibutuhkan dari gudang.
  3. Dokumen Penarikan: Pelanggan menerima dokumen penarikan yang menjadi dasar untuk faktur.
  4. Laporan Penarikan: Pelanggan melaporkan penarikan barang kepada pemasok.
  5. Perjanjian Pembelian: Pada saat pelanggan mengambil barang, secara otomatis terjadi perjanjian pembelian antara pelanggan dan pemasok.
  6. Kepemilikan Barang: Pelanggan menjadi pemilik barang sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya, baik saat pengambilan barang atau setelah pembayaran.
  7. Faktur: Pelanggan menerima faktur untuk barang yang telah diambil.

Penjual dan pelanggan biasanya menentukan jumlah barang yang tersedia di gudang dalam jumlah minimum yang disepakati. Jika stok barang turun di bawah level yang ditentukan, pemasok bertanggung jawab untuk mengisi kembali atau restock. Faktur untuk jumlah barang yang diambil dikeluarkan secara berkala, seperti mingguan, bulanan, atau bahkan triwulan. Pelanggan juga dapat mengambil sisa stok barang menjadi miliknya sendiri setelah periode tertentu, tentunya setelah ada kesepakatan tertulis dengan penjual.

Model konsinyasi memberikan fleksibilitas bagi kedua belah pihak. Pelanggan dapat menghindari risiko pembelian barang yang tidak terjual, sementara pemasok dapat meningkatkan penjualan dan meraih jangkauan pasar yang lebih luas. Keberhasilan model konsinyasi tergantung pada perencanaan yang baik, komunikasi yang efektif, dan kepercayaan antara pemasok dan pelanggan. 

Baca juga: Tips Menjadwalkan Kunjungan Sales yang Efektif

Manfaat Konsinyasi di Sektor Logistik

Model konsinyasi memberikan fleksibilitas bagi kedua belah pihak. Produsen dapat fokus pada produksi, sementara distributor atau pengecer dapat menawarkan berbagai macam produk tanpa harus mengikat modal dalam jumlah besar. Bagi pengecer, model konsinyasi mengurangi risiko kerugian akibat produk yang tidak terjual. Sementara itu, bagi produsen, model ini membantu mengurangi risiko kelebihan stok.

Dengan model konsinyasi, proses distribusi menjadi lebih efisien. Produsen dapat langsung mengirimkan barang ke titik penjualan, sehingga mengurangi waktu dan biaya pengiriman. Konsinyasi dapat membantu meningkatkan omzet bagi kedua belah pihak. Produsen dapat menjangkau lebih banyak konsumen, sementara pengecer dapat menawarkan produk yang lebih beragam.

Baca juga: 5 Alasan Perusahaan FMCG Sangat Membutuhkan Field Sales Tracking App

Konsinyasi merupakan model bisnis yang semakin populer dalam sektor logistik. Model ini menawarkan fleksibilitas, mengurangi risiko, dan meningkatkan efisiensi. Namun, keberhasilan penerapan model konsinyasi sangat bergantung pada perencanaan yang matang, kerjasama yang baik antara kedua belah pihak, serta sistem manajemen yang efektif.

Pemilik bisnis yang memiliki banyak area pemasaran luas membutuhkan tracking dalam mengelola ketersediaan stok barang di lapangan. Aplikasi teknologi untuk mengelola konsinyasi barang digunakan dalam melacak penjualan serta laporannya. Melihat pentingnya pemantauan konsinyasi pada bisnis, aplikasi berbasis teknologi seperti MileApp dapat memudahkan kinerja bisnis penjualan Anda.

MileApp sebagai pendukung tata kelola sales lapangan memiliki banyak fitur komplit yang membantu tenaga sales saat bertugas. Dengan perencanaan strategis dan analisis data yang tepat, MileApp turut mendorong perusahaan menentukan kebijakan taktis yang cepat dan akurat. Bergabung dengan MileApp sekarang untuk turut mendukung kinerja bisnis Anda!

Sumber: logistikknowhow

Hubungi sales

Jadwalkan demo

Isi form di bawah dan tim kami akan segera menghubungi Anda.