Kinerja Keuangan Rantai Pasokan
Para pemimpin perusahaan mengadopsi strategi dan teknologi inovatif modern dalam pengaturan bisnis yang maju dengan meningkatkan kinerja keuangan rantai pasokan. Memahami kinerja keuangan rantai pasokan adalah langkah krusial untuk mencapai kesuksesan dan ketahanan bisnis jangka panjang.
Rantai pasokan yang efisien dan hemat biaya tidak hanya berkontribusi pada profitabilitas yang lebih tinggi, tetapi juga meningkatkan daya saing dan kelincahan perusahaan dalam menghadapi perubahan pasar. Namun, mengukur dan memahami kinerja keuangan rantai pasokan bukanlah tugas yang mudah. Berikut metrik kunci penting untuk kinerja keuangan rantai pasokan yang berkelanjutan.
- Total Supply Chain Cost (TSCC)
TSCC merupakan metrik fundamental yang mengukur total biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan seluruh rantai pasokan, dari hulu hingga hilir. Metrik ini mencakup berbagai komponen, seperti biaya produksi, pengadaan, transportasi, pergudangan, dan overhead lainnya.
Pemantauan TSCC bertujuan agar perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi dan mengidentifikasi area potensi penghematan biaya. Analisis komponen-komponen TSCC memungkinkan perusahaan untuk menemukan celah inefisiensi dan peluang untuk mengoptimalkan pengeluaran.
Formula TSCC
TSCC dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang terkait dengan rantai pasokan:
TSCC = Biaya Produksi + Biaya Pengadaan + Biaya Transportasi + Biaya Pergudangan + Biaya Lainnya
- Supply Chain Cost as % of Revenue
Metrik ini mengukur proporsi pendapatan perusahaan yang dihabiskan untuk biaya rantai pasok, memberikan gambaran menyeluruh tentang efisiensi biaya rantai pasok terhadap pendapatan yang dihasilkan.
Tujuan penggunaan metrik SCCR untuk membantu perusahaan untuk mengevaluasi seberapa efisien biaya rantai pasoknya dikelola. Nilai SCCR yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengoperasikan rantai pasoknya dengan hemat biaya, sedangkan nilai SCCR yang tinggi menunjukkan potensi inefisiensi dan peluang untuk penghematan biaya.
Selain itu, SCCR dapat digunakan untuk membandingkan kinerja rantai pasok perusahaan dengan tolok ukur industri atau pesaing sehingga perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan mendapatkan keunggulan kompetitif. Analisis SCCR dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi area dalam rantai pasok di mana biaya dapat dikurangi, mencakup negosiasi ulang kontrak dengan pemasok, optimasi rute pengiriman, dan peningkatan manajemen persediaan.
Baca juga: 5 Metrik Utama yang Harus Diukur dalam Pengiriman Last Mile
Formula Metrik SCCR:
SCCR dihitung dengan rumus berikut:
(Total Supply Chain Cost (TSCC) / Pendapatan) x 100%
- Cost per Order (CPO)
Cost per Order (CPO) mengukur rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memproses setiap pesanan pelanggan, memberikan gambaran menyeluruh tentang efisiensi dan efektivitas proses pemrosesan pesanan.
Tujuan penggunaan metrik CPO untuk membantu perusahaan untuk mengevaluasi seberapa efisien proses pemrosesan pesanannya. Nilai CPO yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mampu memproses pesanan dengan hemat biaya, sedangkan nilai CPO yang tinggi menunjukkan potensi inefisiensi dan peluang untuk penghematan biaya. Selain itu, CPO mengidentifikasi area potensi penghematan. Hal ini dapat mencakup otomatisasi tugas-tugas manual, optimasi alur kerja, hingga negosiasi ulang kontrak dengan pemasok untuk mendapatkan harga yang lebih baik.
Formula Metrik CPO:
CPO dihitung dengan rumus berikut:
(Total Biaya Pemrosesan Pesanan / Jumlah Pesanan)
- Inventory Carrying Cost (ICC)
Mengoptimalkan manajemen persediaan menjadi kunci utama untuk mencapai efisiensi rantai pasokan dan profitabilitas perusahaan. Inventory Carrying Cost (ICC) merupakan metrik penting yang membantu perusahaan memahami biaya yang terkait dengan penyimpanan persediaan, memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang tepat terkait tingkat persediaan dan strategi pengelolaan. ICC mengukur total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyimpan persediaan, termasuk biaya penyimpanan, asuransi, pajak, penyusutan, dan biaya modal.
Tujuan melacak Inventory Carrying Cost (ICC) adalah untuk mengevaluasi seberapa efisien persediaan mereka dikelola. Nilai ICC yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mungkin menyimpan persediaan yang berlebihan atau tidak mengelola persediaannya dengan baik. Selain itu, analisis ICC dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi area di mana biaya penyimpanan dapat dikurangi.
Formula Menghitung Inventory Carrying Cost (ICC)
ICC dihitung dengan rumus berikut:
(Rata-rata Nilai Persediaan x Tingkat Biaya Penyimpanan Tahunan) / 100%
- Cash-to-cash Cycle Time (C2C)
Dalam dunia bisnis yang kompetitif, mengoptimalkan arus kas menjadi kunci utama untuk mencapai stabilitas keuangan dan pertumbuhan berkelanjutan. Cash-to-Cash Cycle Time (C2C) merupakan metrik penting yang mengukur waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah uang tunai yang diinvestasikan dalam persediaan menjadi uang tunai yang diterima dari pelanggan.
Tujuan melacak Cash-to-cash Cycle Time (C2C) bermanfaat untuk mengevaluasi efisiensi manajemen modal kerja. Nilai C2C yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mungkin mengikat modalnya terlalu lama dalam persediaan, piutang, atau hutang. Selain itu, analisis C2C dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi area siklus konversi kas yang dapat dipercepat. Mempercepat siklus konversi kas dapat meningkatkan arus kas perusahaan, memungkinkannya untuk mendanai operasi, berinvestasi dalam pertumbuhan, dan mengembalikan modal kepada pemegang saham.
Baca juga: Tips Strategi Efektif Pengiriman Last Mile untuk Bisnis Retail
Formula Menghitung Cash-to-Cash Cycle Time (C2C)
C2C dihitung dengan rumus berikut:
C2C = DIO + DSO – DPO
- Return on Supply Chain Assets (ROSCA)
Return on Supply Chain Assets (ROSCA) merupakan metrik penting yang mengukur pengembalian yang dihasilkan dari aset yang digunakan dalam rantai pasokan, memungkinkan perusahaan untuk mengevaluasi efektivitas investasi aset dan mengidentifikasi area potensi perbaikan dalam penggunaan aset. ROSCA mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aset rantai pasoknya untuk menghasilkan laba. Aset rantai pasok dapat mencakup berbagai komponen, seperti persediaan, piutang, peralatan dan mesin, dan fasilitas yang mendukung operasi rantai pasokan.
Menganalisis ROSCA menawarkan beberapa manfaat signifikan bagi perusahaan, yaitu mengevaluasi seberapa efektif mereka menggunakan aset rantai pasoknya untuk menghasilkan laba. Analisis ROSCA dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi area penggunaan aset. Selain itu, ROSCA dapat digunakan untuk membantu perusahaan membuat keputusan investasi yang tepat terkait aset rantai pasok dengan cara membandingkan pengembalian investasi dari berbagai proyek atau inisiatif.
Formula Menghitung Return on Supply Chain Assets (ROSCA)
ROSCA dihitung dengan rumus berikut:
(Laba Bersih dari Rantai Pasok / Total Aset Rantai Pasok) x 100%
Baca juga: 6 Manfaat dari Reverse Logistics yang Efisien bagi Bisnis
- Transportation Cost per Unit atau KG atau Volume
Transportation Cost per Unit atau KG atau Volume merupakan metrik penting yang mengukur biaya transportasi rata-rata per unit produk yang dikirim, memungkinkan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan mengidentifikasi potensi penghematan biaya dalam transportasi. Metrik ini mengukur biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengantarkan produk dari satu titik ke titik lain dalam rantai pasokan. Biaya transportasi dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti mode transportasi, jarak, ukuran dan berat, dan kondisi jalan.
Tujuan melacak Transportation Cost per Unit adalah untuk membantu perusahaan untuk mengevaluasi seberapa efisien proses transportasinya. Nilai Transportation Cost per Unit atau KG atau Volume yang tinggi menunjukkan potensi inefisiensi dan peluang untuk penghematan biaya. Selain itu, perusahaan dapat mengidentifikasi potensi penghematan biaya dalam transportasi. Pengurangan Transportation Cost per Unit secara langsung berkontribusi pada peningkatan profitabilitas dan margin keuntungan perusahaan.
Formula Menghitung Transportation Cost per Unit atau KG atau Volume
Metrik ini dihitung dengan rumus berikut:
(Total Biaya Transportasi / Jumlah Unit yang Dikirim)
Baca juga: Mengoptimalkan Biaya Logistik Internal dan External dengan Strategi Cost Factor
- Warehousing Cost per Unit
Warehousing Cost per Unit merupakan metrik penting yang mengukur biaya pergudangan rata-rata per unit produk yang disimpan, memungkinkan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan mengidentifikasi potensi penghematan biaya dalam pergudangan. Metrik ini mengukur biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyimpan produk di gudang. Biaya pergudangan dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti luas dan lokasi gudang, jenis produk, dan tingkat persediaan produk.
Menganalisis Warehousing Cost per Unit menawarkan beberapa manfaat signifikan bagi perusahaan, termasuk membantu perusahaan untuk mengevaluasi seberapa efisien proses pergudangannya. Analisis Warehousing Cost per Unit digunakan juga untuk mengidentifikasi variabel mana yang membuat biaya pergudangan dapat dikurangi.
Formula Menghitung Warehousing Cost per Unit
Metrik ini dihitung dengan rumus berikut:
(Total Biaya Pergudangan / Jumlah Unit yang Disimpan)
Jadwalkan demo
Isi form di bawah dan tim kami akan segera menghubungi Anda.