Wholesaler adalah: Pengertian, Cara Kerja, dan Perbedaan dengan Retailer
Bisnis wholesaler dan retailer sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Namun tahukah Anda perbedaan keduanya? Secara garis besar, wholesaler adalah pihak yang membeli dan menjual produk dalam jumlah besar ke bisnis lain, sedangkan retailer adalah pihak yang menjual produk langsung ke konsumen akhir dalam jumlah kecil.
Bagaimana kedua model bisnis ini bekerja? Apakah kita bisa menggabungkan keduanya untuk mencapai profit di e-commerce atau meraih keuntungan semaksimal mungkin? Memahami perbedaan antara wholesaler dan retailer sangat penting untuk kesuksesan dalam perdagangan. Simak penjelasannya berikut ini!

Pengertian wholesaler dan retailer

Wholesaler adalah “perantara grosir” dalam rantai pasokan. Wholesaler membeli barang dalam jumlah besar, biasanya dari produsen atau distributor dengan harga grosir yang lebih murah, lalu menjualnya kembali dalam jumlah lebih kecil kepada bisnis lain, biasanya kepada retailer.
Singkatnya, wholesaler beroperasi dalam konteks B2B (business-to-business), dengan menyediakan produk ke toko fisik maupun penjual online, bukan langsung ke konsumen akhir. Peran ini menjadi penghubung penting antara produsen dan retailer, karena memungkinkan retailer untuk mengisi stok berbagai produk tanpa harus berurusan langsung dengan banyak produsen satu per satu.
Di sisi lain, retailer adalah pihak terakhir dalam rantai distribusi sebelum produk sampai ke tangan konsumen. Artinya, retailer menjual produk secara langsung kepada pelanggan untuk digunakan secara pribadi. Jika Anda pernah membeli barang dari toko fisik atau toko online, berarti Anda telah bertransaksi dengan retailer.
Retailer beroperasi dalam lingkungan B2C (business-to-consumer), baik melalui toko offline maupun situs e-commerce. Fokus utama mereka adalah menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan, mulai dari menetapkan harga eceran, menata produk dengan menarik (di rak maupun secara digital), hingga memberikan layanan dan dukungan yang membuat pelanggan puas.
Baca juga: 6 Metrik Kunci dalam Distribusi FMCG Nasional
Cara kerja wholesaler

Wholesaler atau grosir adalah proses pembelian barang dalam jumlah besar dari produsen atau distributor, kemudian menyimpannya di gudang untuk dijual kembali kepada pengecer dengan keuntungan.
Dengan membeli produk dalam jumlah besar dengan harga rendah, lalu dijual kembali dalam jumlah kecil-kecil dengan harga yang lebih tinggi. Sebagai contoh, seorang wholesaler dapat membeli 1.000 botol air seharga Rp3.000 per botol, sehingga totalnya menjadi Rp3.000.000. Lalu wholesaler tersebut menjual 50 botol kepada 20 pengecer dengan harga Rp6.000 per botol, yang menjadi dua kali lipat dari harga awal yang mereka bayar.
Secara keseluruhan, cara kerja wholesaler adalah seperti ini:
- Membeli produk dari produsen dan distributor dalam jumlah besar dengan harga murah.
- Tidak menjual langsung kepada konsumen akhir.
- Menjual produk tersebut kepada bisnis lain dengan jumlah lebih kecil dan harga lebih tinggi dari harga pembelian.
Baca juga: Carbon Offset: Pengertian dan Manfaatnya Bagi Perusahaan
Cara kerja retailer

Retailer atau pengecer membeli barang dalam jumlah besar dari grosir, produsen, atau distributor, dan menjualnya langsung kepada konsumen akhir. Mereka adalah titik terakhir dalam rantai pasokan.
Sebagai contoh, seorang pengecer bisa membeli 100 jam tangan dari grosir seharga Rp200.000 per jam dan menjualnya kepada konsumen seharga Rp550.000 per jam.
Secara sederhana, pengecer:
- Membeli barang dalam jumlah besar dari grosir atau distributor.
- Memasarkan dan menjual produk satuan kepada konsumen akhir.
- Mengontrol sepenuhnya pengalaman pelanggan.
Baca juga: Cara Mengelola Reverse Logistics dalam Industri FMCG
Perbedaan wholesaler dan retailer

Wholesaler dan retailer merupakan dua pelaku penting dalam rantai distribusi yang memiliki peran dan karakteristik berbeda. Perbedaan di antara keduanya dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti jumlah dan skala pembelian, target pasar, jenis hubungan bisnis, hingga cara beroperasi. Wholesaler biasanya berfokus pada penjualan dalam jumlah besar kepada pelaku bisnis lain, sedangkan retailer menjual produk langsung kepada konsumen akhir dalam jumlah satuan. Untuk memahami lebih jauh perbedaan antara keduanya, simak penjelasannya di bawah ini
1. Target market
Pelanggan wholesaler membeli produk untuk dijual kembali di toko mereka dengan markup yang lebih tinggi. Target bisnis ini umumnya terdiri dari manajer toko atau pengelola yang fokus pada pembelian untuk kemudian dijual kembali.
Di sisi lain, retailer menjual produk langsung kepada konsumen akhir. Tantangan dan motivasi pembelian mereka sangat bervariasi, terutama jika suatu produk memiliki berbagai macam kegunaan.
Sebagai contoh, pelanggan wholesaler dalam bisnis produk perawatan kulit akan tertarik untuk membeli produk berkualitas tinggi yang bisa menghasilkan keuntungan. Konsumen ritel tertarik untuk menggunakan produk tersebut untuk mengatasi masalah kulit mereka, seperti jerawat atau dehidrasi kulit.
2. Proses pembelian
Proses pembelian wholesaler lebih formal. Transaksi melibatkan kontrak, negosiasi yang berkelanjutan, dan pesanan pembelian yang dibutuhkan. Karena volume dan nilai barang yang diperdagangkan cukup besar, penting untuk menetapkan syarat yang jelas, harga, jadwal pengiriman, dan kondisi pembayaran. Dalam pembelian B2B, rata-rata ada banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam keputusan pembelian.
Sebaliknya, pembelian ritel lebih sederhana. Konsumen, baik yang berbelanja online atau di toko fisik, memilih apa yang mereka inginkan dan langsung membayar. Biasanya, hanya ada satu pengambil keputusan dalam pembelian, atau beberapa orang jika pembelian melibatkan pesanan khusus terhadap produk tersebut.
3. Penetapan harga dan margin keuntungan
Baik wholesaler maupun retailer menghasilkan keuntungan dengan cara membeli produk dengan harga tertentu dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini disebut dengan markup. Markup ditambahkan pada harga pokok untuk menutupi biaya dan menghasilkan keuntungan. Setiap langkah dalam rantai pasokan komersial meningkatkan biaya barang, yang dikenal sebagai keystone markup, yaitu saat produk diberi markup sebesar 50%, yang berarti harga jualnya dua kali lipat lebih mahal dibandingkan saat produk tersebut dibeli.
Secara umum biasanya penetapan margin keuntungan kedua model bisnis tersebut seperti ini:
- Wholesaler memiliki margin keuntungan sebesar 15-30%.
- Retailer menambahkan markup 30-50% pada harga grosir.
4. Volume transaksi
Wholesaler menangani jumlah besar produk dalam sedikit transaksi, yang masing-masing bernilai besar. Mereka fokus pada pengelolaan logistik, pergudangan, dan penyimpanan untuk sedikit pelanggan yang berulang. Kehilangan satu klien besar bisa sangat berdampak pada bisnis grosir.
Retailer atau para pengecer, fokus dalam transaksi yang lebih kecil dan lebih personal. Nilai per transaksi mungkin lebih rendah, tetapi nilai kumulatifnya signifikan. Dengan basis pelanggan yang luas, gangguan dalam rantai pasokan dapat mempengaruhi banyak penjualan individual.
5. Penyimpanan inventaris dan pergudangan
Sebagian besar wholesaler memiliki gudang besar yang menyimpan banyak inventaris. Fokus utamanya adalah pada penyimpanan yang efisien, pemuatan dan pembongkaran barang dalam jumlah besar, serta alur logistik yang dioptimalkan.
Untuk retailer, penyimpanan dilakukan di ruang belakang atau gudang kecil, dan difokuskan pada kecepatan pemenuhan barang di lantai toko. Penyimpanan di rak toko lebih fokus pada penyajian produk agar mudah diakses oleh konsumen.
Baca juga: Cara Memastikan Produk FMCG Sesuai Regulasi Kesehatan dan Keamanan
Bisakah satu bisnis menjadi wholesaler sekaligus retailer?

Banyak bisnis besar yang tidak hanya berfokus pada grosir atau ritel. Bisnis-bisnis ini beroperasi di setiap aspek rantai pasokan perdagangan, baik dalam grosir maupun ritel. Contoh merk dagang yang menjalankan keduanya adalah Nike, Cartier, dan supermarket besar di Indonesia seperti Hypermart atau Lottemart juga menjalankan kedua model ini untuk meraih keuntungan dari konsumennya.
Baca juga: Cara Mengelola Supply Chain Management

Memahami perbedaan dan kelebihan masing-masing model bisnis grosir dan ritel dapat membantu pemangku kebijakan dan pemilik bisnis menentukan strategi terbaik untuk pertumbuhan perusahaan. Dengan memahami audiens yang dituju, proses pembelian, dan berbagai faktor lainnya, Anda dapat menyesuaikan pendekatan bisnis yang paling efektif dan menguntungkan.
Apapun model bisnisnya, capai target penjualan dengan lebih mudah bersama MileApp. Aplikasi sales lapangan yang akan membantu tenaga sales Anda bekerja lebih efektif dan efisien. Dengan fitur-fitur lengkap, MileApp siap menjadi partner bisnis Anda. Bergabunglah dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Unilever dan Sampoerna yang sudah merasakan manfaatnya.
Sumber:
Waredock.com
Jadwalkan demo
Isi form di bawah dan tim kami akan segera menghubungi Anda.