Cara Mengelola Supply Chain Management
Perekonomian global pada dasarnya bersifat terhubung satu sama lain sehingga kelancarannya dalam supply chain menjadi sangat penting untuk keberhasilan setiap bisnis.
Supply chain rentan terhadap berbagai potensi gangguan dan segala jenis risikonya, yang dipengaruhi berbagai variabel yang saling bergantung satu sama lain. Di sinilah Supply Chain Risk Management (SCRM) berperan.
Supply Chain Risk Management adalah bentuk pendekatan strategis perusahaan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengurangi risiko dalam supply chain, serta memastikan keberlangsungan bisnis dan keunggulannya yang kompetitif.
Perusahaan mengadopsi analisis risiko supply chain dan/atau program manajemen risikonya yang komprehensif, yang dikelola oleh seorang manajer. Rencana Supply Chain Risk Management dibuat dan dikembangkan untuk mengevaluasi risiko internal dan eksternal yang dapat mengganggu kelancaran sistem secara keseluruhan.
Risiko yang Mempengaruhi Proses Supply Chain
Proses supply chain dapat terpengaruh oleh berbagai risiko, baik yang berasal dari faktor internal maupun eksternal. Risiko-risiko ini dapat berasal dari banyak sumber, termasuk bencana alam, kejadian geopolitik, kebangkrutan pemasok, masalah kualitas, serta cyber attack.
Dalam menghadapi tantangan ini, SCRM berperan penting dalam mengidentifikasi, menilai, dan mengurangi dampak dari berbagai risiko tersebut.
1. Risiko Global dan Bencana Alam
Bencana alam seperti gempa bumi, badai, atau banjir dapat merusak atau mengganggu proses supply chain secara signifikan. Selain bencana alam, peristiwa politik dan ekonomi juga dapat menambah kompleksitas, seperti adanya perang, ketidakstabilan geopolitik, perselisihan perdagangan, protes massal, hingga fluktuasi harga mata uang dan BBM.
Proses manajemen risiko yang baik akan mencakup rencana pencegahan yang dapat membantu membatasi dampak dari kejadian-kejadian tersebut. Rencana yang tersusun baik akan menjaga keberlanjutan proses supply chain dari gangguan eksternal.
2. Risiko dari Supplier
Supply chain yang lancar sangat bergantung pada kemitraan yang kuat dengan para supplier. Ketidakstabilan finansial, kendala kapasitas, atau masalah lain pada supplier dapat menciptakan ketidakpastian dalam pasokan barang atau bahan baku.
Jika kondisi supplier diragukan, perusahaan mungkin perlu melakukan diversifikasi sumber pasokan atau mencari alternatif cadangan untuk memastikan kelancaran aliran material atau komponen.
Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan evaluasi risiko terhadap para supplier secara berkala untuk mencegah terjadinya gangguan.
3. Ancaman Cyber Attack
Perkembangan teknologi kini digunakan untuk mengelola pesanan, inventaris, dan distribusi, yang membuat supply chain semakin rentan terhadap cyber attack.
Serangan ransomware dan malware dapat menghentikan dan menunda distribusi, serta menimbulkan biaya pemulihan yang sangat besar. Pelanggaran terhadap data sensitif dalam supply chain bersifat berbahaya, yang dapat membocorkan informasi berharga atau data pelanggan, serta berpotensi merusak reputasi perusahaan dan menimbulkan konsekuensi hukum.
Cyber attack juga bisa digunakan untuk mengganggu transportasi dan logistik, merusak infrastruktur penting, mencuri kekayaan intelektual, menciptakan produk palsu, hingga menimbulkan terjadinya penipuan finansial. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengidentifikasi kerentanan datanya terhadap cyber attack dan mengembangkan rencana keamanan serta respons yang efektif.
4. Fluktuasi Permintaan
Permintaan konsumen dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi. Fluktuasi permintaan berubah seiring dengan perkembangan kebutuhan, preferensi, dan pilihan produk.
Memperkirakan permintaan secara akurat memiliki dampak besar terhadap profitabilitas perusahaan.
Untuk mengantisipasi risiko fluktuasi permintaan, SCRM dapat mencakup rencana optimasi tingkat inventaris dan fleksibilitasnya dalam jadwal produksi serta saluran distribusi.
Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan fluktuasi permintaan yang terus berubah.
5. Tanggung Jawab Etis dan Sosial
Transparansi supply chain sangat penting untuk mengidentifikasi praktik tidak etis terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia, tenaga kerja, dan ketidaksesuaian yang berdampak di lingkungan. Ketika perilaku supplier bertentangan dengan standar regulasi internasional atau nilai-nilai perusahaan, hal ini dapat berakibat negatif bagi seluruh sistem supply chain. Oleh karena itu, SCRM memerlukan ketelitian pada evaluasi terhadap praktik yang ada di sepanjang sistem dan penilaian yang menyeluruh akan pilihan alternatif yang lebih baik.
Baca juga: Pendistribusian: Contoh, Jenis, dan Tujuannya
Langkah Mengelola Risiko pada Supply Chain Risk Management
Mengelola risiko adalah tantangan perusahaan untuk memastikan kelancaran operasional. Supply chain yang rentan gangguan berpotensi menimbulkan kerugian. Untuk menanggulangi hal ini, perusahaan memerlukan kerangka efektif sebagai langkah kerja dalam SCRM.
1. Identifikasi Risiko
Langkah pertama adalah mengidentifikasi risiko, yang meliputi penilaian terhadap gangguan internal dan eksternal. Potensi masalah yang ada perlu diidentifikasi karena dapat mempengaruhi kekuatan sistem secara umum. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam sistem distribusi adalah lokasi supplier, rute transportasi, stabilitas politik, serta pola cuaca.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko supply chain didukung dengan data yang menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Perusahaan dapat menggunakan metode seperti penilaian skor risiko, analisis skenario, serta penilaian berdasarkan pengalaman para ahli. Langkah ini berupa analisis yang membandingkan data historis dengan metrik dan faktor risiko yang paling update, sehingga perusahaan dalam membuat prediksi akan potensi dampak risiko dengan lebih akurat.
3. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi risiko bertujuan untuk mengurangi dampak yang paling signifikan dengan cepat. Beberapa contoh strategi mitigasi risiko yang umum digunakan antara lain adalah diversifikasi supplier untuk mengurangi ketergantungan, peningkatan manajemen inventaris, komunikasi yang lebih baik dengan pemangku kepentingan, investasi dalam teknologi untuk pemantauan real time, serta pengembangan rencana kontinu sesudahnya.
4. Pemantauan dan Pengawasan Risiko
Supply Chain Risk Management adalah strategi yang berkelanjutan. Perusahaan perlu melakukan pemantauan dan dan pengawasan secara rutin akan prosedur yang telah dijalankan.
Langkah ini meliputi pemantauan dengan KPI, audit berkala, pengawasan terhadap supplier, yang penerapannya melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak dari risiko dan memastikan bahwa perusahaan telah membuat keputusan yang berdasarkan informasi update.
Baca juga: Ketahui Komponen-komponen Pendukung Sistem Logistik
Melalui penerapan keempat langkah dalam kerangka kerja SCRM yang efektif, perusahaan dapat mengurangi risiko dan mempertahankan stabilitas operasional. Identifikasi, penilaian, mitigasi, dan pemantauan risiko memungkinkan perusahaan untuk lebih siap menghadapi tantangan. Dengan demikian.
Supply Chain Risk Management bukan hanya membantu perusahaan menghadapi gangguan, namun menjadi landasan untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan berkelanjutan dalam operasional bisnis.
Di era globalisasi dan disrupsi digital, risiko pada supply chain semakin kompleks dan dinamis. SCRM telah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan logistik yang ingin bertahan dan berkembang.
MileApp, dengan teknologi menganalisis data besar dan mengidentifikasi pola risiko, menjadi alat yang sangat berharga bagi perusahaan logistik dalam menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks. Dengan menerapkan MileApp, perusahaan logistik dapat membangun reputasi yang solid sebagai mitra bisnis yang handal dan terpercaya.
Daftar MileApp sekarang, dan #GoExtraMile untuk membangun supply chain yang tangguh dan berkelanjutan.
Jadwalkan demo
Isi form di bawah dan tim kami akan segera menghubungi Anda.