Get in touch
By clicking the button below, you're agreeing with our privacy policy.
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Konsep Warehouse Management System (WMS): FIFO dan Implementasinya

Konsep Warehouse Management System (WMS): FIFO dan Implementasinya

Perusahaan perlu mengetahui biaya persediaan mereka untuk dapat menjalan bisnis dengan efektif. Informasi ini dapat digunakan untuk menghindari pemotongan pajak yang besar, serta strategi pemesanan di masa depan. Salah satu metode yang paling umum untuk menghitung biaya persediaan dengan mengimplementasikan FIFO (First In First Out). Metode FIFO cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya.

Warehouse Management System (WMS) dapat membantu meningkatkan metode FIFO. Metode FIFO tidak hanya berlaku untuk manajemen gudang, tetapi juga pada akuntansi yang digunakan sebagai metode penilaian persediaan. Dengan metode penilaian persediaan yang akurat, laporan keuangan perusahaan mencerminkan kenyataan seakurat mungkin. Alhasil, Anda dapat membuat keputusan yang cerdas untuk mengembangkan bisnis Anda.

Apa itu konsep (First In First Out) FIFO?

FIFO, atau penyimpanan gudang First In First Out adalah metode pengendalian persediaan, yakni barang-barang yang masuk ke gudang terlebih dahulu juga merupakan barang pertama yang meninggalkan gudang. Hal ini serupa dengan  istilah first come first serve.

Logika di balik FIFO cukup mudah. Barang apa pun yang diterima lebih dulu adalah barang yang paling lama dimiliki gudang dan paling dekat dengan tanggal kedaluwarsa atau hampir usang. Perusahaan akan segera memindahkan barang-barang ini sebelum tidak dapat dijual lagi.

Bagaimana cara kerja FIFO?

Saat Anda memesan produk untuk bisnis, Anda jarang (jika pernah) memesan produk sepanjang tahun sekaligus. Untuk memahami cara kerja penghitungan biaya persediaan FIFO, asumsikan bahwa Anda memiliki tiga pesanan persediaan dalam jumlah besar setiap tahun.

Sebagai contoh, gudang Anda menyimpan monitor.

Di minggu pertama, Anda menyimpan 100 monitor seharga Rp 2.000.000/pcs.

Di minggu kedua, Anda menyimpan 400 monitor, tetapi sekarang masing-masing seharga Rp 2.500.000/pcs karena biaya produksi naik.

Anda sekarang memiliki 500 monitor dalam stok.

Di minggu ketiga, Anda menjual 400 monitor seharga Rp 3.500.000/pcs. Kini Anda memiliki 100 monitor tersisa.

Dengan menggunakan metode FIFO, Anda telah menjual monitor seharga Rp 2.000.000/pcs. Ini berarti monitor Anda masih punya 100 monitor seharga Rp 2.500.000/pcs.

Rp 2.500.000 x 100 = monitor senilai Rp 250.000.000

Di sisi lain, jika Anda menggunakan metode manajemen inventaris LIFO (Last In First Out), yakni barang yang terakhir masuk gudang berarti barang yang pertama dijual/keluar gudang:  400 monitor yang Anda jual di minggu ketiga akan mengenakan biaya monitor di Minggu kedua. Dengan demikian, Anda akan memberi harga 100 monitor yang tersisa dengan biaya minggu pertama (Rp 2.000.000). Jadi, inventaris Anda menggunakan metode LIFO bernilai Rp 200.000.000.

Mengapa harus menggunakan konsep FIFO?

Jika bisnis Anda memiliki lokasi internasional, maka FIFO diwajibkan oleh pemerintah untuk pelaporan pajak. Alasan lainnya, jika biaya inventaris Anda turun seiring berjalannya waktu, FIFO akan memungkinkan Anda untuk mengklaim biaya per potong rata-rata yang lebih tinggi pada inventaris yang lebih baru, yang dapat membantu Anda menghemat uang untuk pajak Anda.

Selain itu, FIFO tidak memerlukan pencatatan sebanyak LIFO karena mengasumsikan bahwa produk yang lebih lama hilang. Dengan LIFO, maka produk yang usianya lebih tua disimpan dalam sistem selama bertahun-tahun, yang berarti lebih banyak pencatatan harus dilakukan pada masa pakai produk. Di sebagian besar bisnis, produk lama sebenarnya dijual lebih dulu karena cara perusahaan melatih karyawan stocking untuk memajang barang lama di depan.

FIFO juga memungkinkan untuk memperhitungkan perubahan biaya produk. Dengan FIFO, setiap bagian inventaris yang terjual didasarkan pada harga setiap kelompok (batch) yang terus berubah – yang berarti bahwa setelah batch terlama Anda semua terjual dalam sistem, Harga Pokok Penjualan (HPP) Anda dihitung ulang dan harga per unit inventaris Anda berubah. Ini berarti Anda mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang harga per potong inventaris Anda.