Indikator Penting dalam Mengukur Kinerja Reverse Logistics
Dengan pertumbuhan e-commerce dan fokus pada lingkungan keberlanjutan, perusahaan kini perlu semakin memahami pentingnya mengelola produk yang dikembalikan dengan efisien. Sebagai tanggapan terhadap hal ini, mengukur kinerja reverse logistics menjadi langkah kritis yang dapat meningkatkan efisiensi dan kepuasan pelanggan.
Reverse logistics melibatkan berbagai tantangan, seperti manajemen produk yang dikembalikan, pengelolaan limbah, dan pemulihan nilai. Oleh karena itu, menetapkan parameter kinerja yang efektif menjadi langkah strategis untuk meningkatkan proses ini. Namun, bagaimana cara efektif untuk mengukur kinerja dari reverse logistics ini? Berikut beberapa langkahnya!
1. Tingkat pemulihan produk
Tingkat pemulihan produk adalah indikator penting untuk menilai sejauh mana produk yang dikembalikan dapat dikembalikan ke stok atau dijual kembali. Dilansir dari Linkedin, tingkat pengembalian itu sendiri adalah persentase produk yang dikembalikan oleh pelanggan atau pengguna akhir dari total jumlah produk yang terjual atau dikirimkan. Ini merupakan ukuran dasar kepuasan pelanggan, kualitas produk, dan pemberian layanan.
Dalam sebuah penelitian oleh Supply Chain Quarterly, perusahaan-perusahaan yang memiliki kebijakan pemulihan produk yang efektif memiliki tingkat pemulihan yang lebih tinggi. Contohnya, perusahaan pakaian yang mendesain ulang produk kembali ke gaya terbaru atau mendistribusikan ulang produk yang masih baik ke toko outlet dapat meningkatkan tingkat pemulihan.
Adanya tingkat pengembalian yang tinggi dapat mengindikasikan masalah pada beberapa titik, seperti pada desain produk, pemasaran, pengemasan, pengiriman, hingga pelayanan pelanggan. Sebaliknya, tingkat pengembalian yang rendah dapat menunjukkan loyalitas pelanggan, keandalan produk, dan keunggulan layanan.
Namun, perlu diingat, tingkat pengembalian juga dapat berbeda-beda tergantung industri, jenis produk, dan segmen pelanggan. Oleh karena itu, penting untuk membandingkan tingkat pengembalian sebuah dengan pesaing dan standar industri, serta menganalisis alasan dan pola di balik pengembalian tersebut.
Baca juga: Tantangan dan Peluang dalam Reverse Logistics
2. Waktu pemrosesan pengembalian
Waktu pemrosesan pengembalian adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk menerima, memeriksa, menyortir, dan membuang produk yang dikembalikan. Ini adalah ukuran efisiensi dan daya tanggap operasional.
Dalam sebuah penelitian oleh Harvard Business Review menunjukkan bahwa konsumen cenderung memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap perusahaan yang memiliki waktu pemrosesan pengembalian yang cepat. Hal ini karena singkatnya waktu pemrosesan pengembalian dapat mengurangi biaya penyimpanan inventaris, meningkatkan pemanfaatan aset, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Namun, jika memakan waktu lebih, maka dapat meningkatkan produk kadaluwarsa dalam inventaris, yang dapat menurunkan pemulihan aset, dan merusak kepercayaan pelanggan. Karenanya, penting untuk mengoptimalkan waktu pemrosesan pengembalian dengan menyederhanakan kebijakan, prosedur, dan sistem pengembalian, serta dengan menggunakan otomatisasi, standardisasi, dan kontrol kualitas.
3. Biaya reverse logistics
Biaya reverse logistics mencakup berbagai elemen seperti biaya transportasi kembali, biaya pengembalian ke gudang, dan biaya pemrosesan ulang. Studi oleh Council of Supply Chain Management Professionals (CSCMP) menunjukkan bahwa perusahaan yang berhasil mengelola biaya reverse logistics dapat meningkatkan profitabilitas mereka.
Biaya reverse logistics itu sendiri merupakan jumlah total uang yang dikeluarkan untuk menangani pengembalian, termasuk pengiriman, penanganan, inspeksi, perbaikan, penyetokan ulang, pembuangan, dan lainnya. Metrik ini mengukur seberapa besar pengembalian memengaruhi keuntungan dan profitabilitas bisnis.
Untuk menghitung biaya pengembalian, jumlahkan semua biaya pengembalian dalam jangka waktu tertentu. Jika hasilnya tinggi, maka dapat mengikis margin keuntungan bisnis dengan meningkatnya biaya operasional dan pengembalian. Hal ini nantinya akan mengurangi pendapatan dengan menurunkan volume penjualan dan nilai pesanan rata-rata.
Oleh karenanya, dengan menurunkan biaya pengembalian, Anda dapat meningkatkan margin keuntungan dengan mengurangi biaya operasional dan meningkatkan nilai seumur hidup pelanggan Anda.
Baca juga: Komponen Utama dalam Sistem Reverse Logistics
4. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan dapat diukur melalui survei umpan balik pelanggan. Dari hal tersebut, dapat diketahui alasan pengembalian mengapa mereka mengembalikan suatu produk. Melacak hal ini sangatlahpenting dalam logistik terbalik agar dapat memahami akar penyebab pengembalian dan mengambil tindakan proaktif untuk menguranginya.
5. Dampak lingkungan dari pengembalian
Sebagaimana sebuah pengembalian, dampak lingkungan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur kinerja reverse logistics. Dampak pengembalian terhadap lingkungan dapat diketahui melalui jumlah total limbah dan emisi yang dihasilkan, termasuk bahan kemasan, emisi karbon dari transportasi, ruang TPA, dan lainnya. Metrik ini menilai seberapa besar dampak pengembalian terhadap lingkungan dan perubahan iklim.
6. Keterlibatan pemasok dan mitra bisnis
Keterlibatan yang aktif dengan pemasok dan mitra bisnis membantu meningkatkan efisiensi proses. Contoh nyata adalah kemitraan antara Apple dan pemasoknya untuk mendaur ulang komponen elektronik yang dikembalikan, menciptakan siklus hidup produk yang lebih berkelanjutan.
7. Ketersediaan dan pemanfaatan barang terpakai
Indikator ini mencerminkan seberapa baik perusahaan dapat memanfaatkan barang bekas atau terpakai. Menentukan cara untuk mendaur ulang atau menjual kembali barang-barang tersebut dapat menghasilkan pendapatan tambahan dan mendukung praktik bisnis berkelanjutan. Ini menciptakan peluang ekonomi dan memberikan kontribusi pada perpanjangan siklus hidup produk. Pasar barang bekas atau second-hand semakin berkembang, menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan.
8. Kecepatan pengembalian stok ke gudang
Kecepatan pengembalian stok ke gudang tidak hanya mempengaruhi efisiensi operasional, tetapi juga berdampak pada kepuasan pelanggan dan tingkat ketersediaan stok. Perusahaan yang dapat merancang dan mengelola proses pengembalian stok dengan cepat akan memiliki keunggulan kompetitif dalam menghadapi tantangan logistik terbalik.
Baca juga: 10 Tren dan Inovasi Teknologi dalam Reverse Logistics
Dengan adanya metrik yang jelas seperti di atas, perusahaan dapat mengidentifikasi area perbaikan, mengurangi biaya, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Selain itu, perusahaan juga dapat membuat strategi yang lebih efektif untuk mengelola dan meningkatkan kinerja operasi reverse logistics mereka.
MileApp, dengan berbagai fitur dan solusi terkini dalam manajemen logistik, dapat menjadi mitra yang berharga dalam hal ini. MileApp tidak hanya membantu melacak dan mengelola setiap langkah proses reverse logistics dengan lebih mudah, tetapi juga memberikan data real-time yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang akurat. Dengan demikian, perusahaan dapat mengintegrasikan reverse logistics ke dalam operasi supply chain secara lebih efisien dan efektif. Coba MileApp agar bisnis Anda #GoExtraMile, sign up sekarang!
Sumber:
- Returngo.ai
- linkedin.com
Jadwalkan demo
Isi form di bawah dan tim kami akan segera menghubungi Anda.