Get in touch
By clicking the button below, you're agreeing with our privacy policy.
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

[Webinar] The Future of Indonesia`s Logistics Industry

[Webinar] The Future of Indonesia`s Logistics Industry

Selasa (24/11) MileApp berpartisipasi dalam webinar Smart Logistics Indonesia dengan tema The Future of Indonesia`s Logistics Industry. Webinar ini membahas beberapa hal penting terkait masa depan logistik Indonesia bersama dengan pembicara dari berbagai latar belakang. Beberapa pembicaranya adalah Dika Maheswara selaku CEO MileApp, Dr. Cris Kuntadi dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, David Trisno dari Logol, dan Albert Koto dari Bukalapak.

Industri logistik memegang peranan penting dalam mendukung dan meningkatkan arus distribusi produk ke seluruh wilayah Indonesia. Namun sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki tantangan logistik berupa letak geografisnya yang unik. Padahal Indonesia sendiri memiliki potensi logistik yang besar. Dengan permintaan gabungan dari ekspor komoditas pertanian utama bernilai sekitar Rp 500 triliun dan juga transaksi ecommerce senilai sekitar. Sejauh ini, permintaan pada industri logistik sebagai kendaraan untuk memobilisasi bisnis ke bisnis, bisnis ke konsumen, dan pengiriman konsumen ke konsumen diproyeksikan akan meningkat sebesar Rp 77 triliun, terlepas dari situasi tarif.

Data dari Kemenhub menunjukkan ada dua hal yang dapat membuat logistik Indonesia menjadi lebih efisien sehingga biaya logistik dapat ditekan, yaitu alih moda dan implementasi digitalisasi yang terintegrasi. Alih moda dapat dilakukan dengan mengurangi peran truk dan lebih memaksimalkan kapal-kapal laut karena Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan.

Oleh sebab itu pemerintah dan Kemenhub mencanangkan NLE (National Logistics Ecosystem) yang dapat mengintegrasikan proses logistik seluruh Indonesia melalui bantuan teknologi, termasuk salah satunya dengan digitalisasi pelabuhan. Sehingga nantinya logistik yang sekarang lebih ke Jawa sentris bisa menjadi Indonesia sentris. Digitalisasi tidak hanya dilakukan dalam cakupan transaksi logistik dalam negeri, tetapi juga mencakup transaksi ekspor dan impor sehingga kesempatan Indonesia untuk bersaing di dunia global semakin besar karena biaya ekspor-impor yang bisa ditekan serta prosesnya yang lebih tersistematis.

Tentunya pemanfaatan teknologi digital untuk masa depan logistik Indonesia perlu didukung dengan strategi dan keamanan data yang baik. Hal ini senada dengan pembahasan Dika Maheswara selaku CEO MileApp yang membahas dari strategi optimasi logistik yang aman dan tepat sasaran. Proses logistik hingga sampai ke konsumen akhir bukanlah waktu yang singkat. Terlebih lagi di Indonesia yang berada di posisi teratas di Asia Tenggara sebagai negara dengan biaya logistik tertinggi. Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah yang menantang bagi tuan rumah. Oleh sebab itu, optimasi logistik bisa menjadi langkah awal demi terwujudnya masa depan logistik yang efektif dan efisien.

Optimasi dapat dilakukan di beberapa proses logistik baik itu untuk manajemen barang di gudang, transaksi, hingga pengiriman barang ke konsumen akhir. Beberapa contohnya adalah optimasi rute dan muatan (route and load optimization) berdasarkan beberapa variabel tertentu seperti jarak, jendela waktu, kecepatan, aturan ganjil-genap, muatan barang, muatan kendaraan, dsb. Selain itu, ada pada proses distribusi tugas pengiriman barang itu sendiri ke kurir-kurir. Distribusi tugas dapat dilakukan secara otomatis, tanpa perlu memberitahu secara manual kepada kurir-kurir. Kurir akan menerima tugas melalui aplikasi di smartphone mereka dan menyelesaikan tugas dengan bantuan peta digital hasil route optimization dan halaman e-POD (electronic proof of delivery).  

Disrupsi digital pada proses logistik dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari berbagai aspek. Data dari MileApp menemukan bahwa optimasi logistik dapat memangkas waktu pengerjaan hingga 27%, jarak hingga 12%, biaya hingga 11%, kendaraan hingga 9%, dan tenaga kerja hingga 10%.