Dalam dunia yang terus berubah dan bergerak cepat, konsep push dan pull pada supply chain telah menjadi pilar utama dalam manajemen rantai pasokan. Push menggambarkan pendekatan yang proaktif, sedangkan Pull menggambarkan responsif terhadap permintaan aktual. Namun, ternyata masih banyak orang yang belum mengerti perbedaan keduanya. Pada artikel kali ini MileApp akan membahasnya lengkap untuk Anda, simak sampai habis dibawah ini:
[caption id="attachment_6136" align="aligncenter" width="700"]
Ilustrasi gudang distribusi (Pinterest.com0 [/caption]Pendekatan Push and Pull Management adalah dua strategi utama dalam manajemen rantai pasokan yang memainkan peran sentral dalam mengelola aliran barang, bahan, dan informasi dalam dunia bisnis yang dinamis saat ini. Pendekatan Push melibatkan perencanaan dan produksi berdasarkan proyeksi permintaan masa depan, sedangkan Pendekatan Pull berfokus pada respons langsung terhadap permintaan aktual pasar.Dalam Push, pengambilan keputusan didasarkan pada estimasi permintaan, sementara Pull mengikuti prinsip "produksi hanya ketika diperlukan." Sebuah keseimbangan yang tepat antara keduanya penting untuk mencapai efisiensi dan responsivitas dalam rantai pasokan.
Pull Based Model dalam dunia teknologi mengarah pada sebuah konsep di mana informasi atau data dapat diakses atau diperoleh oleh pengguna dan sistem ketika diperlukan. Dalam Pull Based Model, pengguna atau sistem secara aktif meminta data informasi yang mereka butuhkan, sehingga lebih fleksibel dan efisien dalam pengelolaan sumber daya. Model ini umumnya diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk dalam sistem manajemen database, distribusi konten, dan teknologi berbasis cloud, di mana pengguna memiliki kendali penuh atas akses data yang mereka perlukan, meningkatkan efisiensi dan meminimalkan pemborosan sumber daya.
Berbeda dari pull based model, Push based model adalah sebuah konsep dalam teknologi yang berfokus pada pengiriman informasi atau data kepada penerima tanpa perlu permintaan khusus dari mereka. Bayangkan jika Anda menerima notifikasi pesan atau email di ponsel Anda, itulah salah satu contoh penggunaan model ini. Data atau informasi dikirim secara otomatis kepada Anda ketika ada yang baru, tanpa perlu Anda meminta. Push Based Model sangat berguna dalam situasi di mana informasi harus segera sampai ke penerima, seperti dalam pesan instan, berita terkini, atau pembaruan perangkat lunak.Baca Juga: Jenis-Jenis Distributor dalam Supply Chain Management
Setelah Anda memahami pengertian dari pull based dan push based model. ada hal yang perlu Anda ketahui lebih detail agar bisa membedakannya dengan tepat. mengetahui Ciri-ciri yang membedakan push dan pull based model juga menjadi hal penting. berikut pembahasannya:Ciri-ciri Push Based Model :
Sedangkan ciri lainnya yang terlihat membedakan pada penjelasan diatas, berikut ciri dari pull based model:
Baca Juga: Perbedaan antara Cold Chain dan Supply Chain Konvensional
[caption id="attachment_6023" align="aligncenter" width="700"]
Ilustrasi cek barang (Pinterest.com) [/caption]Setelah mengetahui terkait ciri-ciri yang membedakan keduanya, kelebihan dan kekurangan dari push dan pull based model juga wajib kamu ketahui agar performa perusahaan Anda lebih baik:
Baca Juga: Strategi Inbound Logistics dalam Supply Chain: Optimalisasi Rantai Pasokan
Baca Juga: 8 KPI Supply Chain untuk Meningkatkan Kinerja PerusahaanKeputusan untuk menggunakan Push Based Model atau Pull Based Model pada supply chain harus didasarkan pada kebutuhan khusus situasi, jenis data, dan preferensi pengguna. Kedua model memiliki kelebihan dan kelemahan mereka sendiri, dan pilihan tergantung pada tujuan pengiriman dan penggunaan sumber daya yang efisien.Tahukah Anda, untuk dapat membantu mengoptimalkan supply chain management diatas terdapat layanan platform canggih yang bernama MileApp. Kecanggihan teknologi berbentuk platform Dengan fitur-fitur canggih yang dimilikinya, MileApp dapat membantu Anda dalam mengoptimalkan rantai pasok. Untuk itu langsung saja miliki segera MileApp dengan klik disini, ya!Sumber: