Get in touch
By clicking the button below, you're agreeing with our privacy policy.
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Krisis Corona, Ini 7 Gambaran ‘New Normal’ dalam Manajemen Supply Chain

Krisis Corona, Ini 7 Gambaran ‘New Normal’ dalam Manajemen Supply Chain

‘New normal’ menjadi istilah yang sedang populer di tengah pandemi Covid-19. Pandemi yang terjadi saat ini mampu memberikan perubahan pada kehidupan manusia. Mulai dari sisi sosial, kesehatan, hingga ekonomi. WHO sendiri memperkirakan bahwa virus Corona kemungkinan tidak akan pernah hilang. Oleh sebab itulah, negara-negara di dunia termasuk Indonesia mulai mempersiapkan ‘New normal’ ketika virus Corona sudah dapat ditekan penyebarannya.  Namun tentunya selalu ada cara untuk mengantisipasi fenomena ‘new normal’ yang akan terjadi agar kehidupan manusia tetap dapat berlangsung. 

Fenomena ini akan terjadi di berbagai bidang termasuk supply chain. Berikut adalah beberapa gambaran ‘New normal’ jangka pendek dan jangka panjang dalam manajemen supply chain.

1. Semakin siaga untuk kesehatan dan keamanan

Salah satu bentuk protokol kesehatan untuk antisipasi Covid-19

Poin pertama berlaku umum. Masyarakat akan lebih sadar akan kesehatan diri dan orang-orang disekitarnya. Masker dan hand sanitizer menjadi barang yang wajib dibawa kemana-mana. Menjaga jarak dan rajin mencuci tangan akan menjadi kebiasaan baru yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekitar rumah maupun di tempat kerja, terutama bagi para pekerja yang sering beraktivitas di luar ruangan. 

2. Perubahan sistem kerja

Koordinasi pekerjaan yang dilakukan secara online

Poin mendasar adalah bagaimana agar para karyawan tetap dapat bekerja tanpa mengesampingkan kesehatan mereka. Peran HR dan manajemen menjadi krusial untuk dapat menciptakan kondisi kerja ideal pasca Covid-19. Work from home bisa menjadi salah satu solusi. Namun tetap perlu diperhatikan pula work-life balance para pekerja agar kesehatan mental dan produktivitas tetap terjaga.

3. Semakin banyak masyarakat yang menjadi smart buyer

Masyarakat akan semakin kritis terhadap barang yang dibutuhkannya

Konsumen akan lebih berhati-hati terhadap barang yang akan dibelinya. Mereka akan lebih memprioritaskan membeli barang-barang yang termasuk ke dalam kebutuhan utama mereka. Tidak hanya itu, para konsumen akan semakin sadar atas konsekuensi atau efek samping dari barang yang dibelinya dari segi lingkungan maupun sosial. Hal ini termasuk dalam isu perubahan lingkungan yang terjadi, penggunaan plastik, limbah, hingga isu sosial seperti perbudakan modern, hak asasi manusia dan binatang, dan isu pembelian barang secara berlebihan. 

4. Pergeseran perilaku konsumen dari offline ke online

Meningkatnya permintaan secara online juga akan meningkatkan permintaan layanan logistik

Pergeseran perilaku konsumen bahkan sudah terjadi sebelum pandemi. Perilaku belanja online telah menyumbang sebanyak 21% dari penjualan ritel dan pandemi ini telah meningkatkan transaksi di pasar online lebih tinggi lagi. Salah satu alasan peningkatan tersebut untuk meminimalkan kontak fisik dengan adanya peraturan PSBB/lockdown. Selain itu, belanja online dirasa lebih mudah dan fleksibel. Terlebih ketika bekerja remote akan membuat konsumen lebih fleksibel untuk menerima barang yang dipesan.

5. Perubahan pendekatan ke konsumen 

Fokus di media sosial bisa menjadi potensi strategis bagi perusahaan untuk mengoptimalkan strategi pemasaran mereka

Pergeseran perilaku konsumen juga membuat perusahaan menyesuaikan diri. Perusahaan memiliki peran penting untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat. Kelengkapan stok, keamanan data, kecepatan respon, harga bersaing, dan kualitas layanan adalah beberapa poin yang paling dicari konsumen dan akan menjadi tolak ukur dari kesetiaan konsumen untuk berbelanja di tempat yang sama. Selain itu, kenyamanan dan kemudahan bertransaksi juga menjadi poin yang diperhatikan sehingga penting bagi perusahaan untuk meningkatkan performa situs/aplikasi dan user interface nya. Poin penting lainnya adalah SOP atau ketentuan bertransaksi yang diinformasikan dengan jelas dan mudah dimengerti. 

Strategi pemasaran produk secara digital memegang peranan penting mengingat akan semakin banyak orang yang berstatus online. Tidak hanya promosi produk, perusahaan juga harus dapat menempatkan dengan tepat poin-poin penting dari kelebihan layanannya.

6. Komunikasi virtual akan semakin intens

Komunikasi virtual akan memiliki peran penting untuk tetap terkoneksi dengan konsumen

Pandemi yang terjadi mengharuskan orang-orang untuk mengurangi kontak fisik dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bekerja, berbelanja, hingga interaksi sosial. Oleh sebab itulah komunikasi secara virtual akan semakin sering dilakukan antara perusahaan dan karyawan, perusahaan dan klien, saudara dan teman, layanan kemasyarakatan, serta penjual dan pembeli. Teknologi komunikasi virtual dengan kapasitas besar akan sangat menarik bagi masyarakat. Selain itu, teknologi customer service seperti fitur chat di situs/aplikasi menjadi penting agar memudahkan calon pembeli mendapatkan barang yang tepat untuknya sehingga mempercepat kata sepakat antara penjual dan calon pembeli. 

7. Otomisasi layanan logistik semakin komprehensif dan kompetitif

Teknologi logistik sangat penting untuk mendukung contactless delivery

Sistem logistik konvensional akan segera ditinggalkan oleh para pelaku bisnis dan masyarakat selain karena meningkatnya permintaan konsumen juga karena faktor keamanan kesehatan dengan menjaga jarak. Pertumbuhan bisnis logistik diperkirakan akan meningkat dan otomisasi adalah kunci agar logistik dapat mengantisipasi perubahan perilaku bertransaksi konsumen. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah menggunakan logistics software untuk menciptakan proses otomisasi. Otomisasi akan mendukung layanan logistik untuk lebih banyak menghemat waktu dengan dan biaya dengan input dan proses data secara digital dan otomatis. Logistics software juga meningkatkan akurasi pengiriman dengan penyajian lokasi tujuan yang jelas melalui route optimization dan progres pengiriman barang yang bisa dimonitor secara real time oleh konsumen. Selain itu, melalui contactless delivery, konsumen bisa berinteraksi langsung dengan kurir agar dapat menerima barang dengan jarak yang aman. 

‘New normal’ menjadi semakin sulit jika para pelaku bisnis bergerak sendiri-sendiri. Kunci utama di tengah krisis global ini adalah kolaborasi kuat yang dilandasi kepentingan bersama. Ini adalah waktunya untuk membangun jalur komunikasi yang lebih terbuka kepada para supplier, bersama-sama mengidentifikasi masalah dalam kebutuhan produksi dan bekerja sama untuk mengatasinya.

Tidak jarang kesulitan membuka peluang baru. Dengan tetap aktif mencari ide inovatif dan bekerja sama maka kita akan lebih siap menyambut ‘New normal’.